Indonesia menjadi satu dari beberapa negara di dunia yang memiliki kelimpahan sumber daya energi dari alam. Banyak sumber energi yang tersedia di wilayah nusantara yang akhirnya bisa dimanfaatkan untuk sumber tenaga listrik. Dua diantara sumber energi untuk Indonesia yang masih belum banyak dimanfaatkan adalah energi surya dan energi angin.
Bagi Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbesar kelima di dunia, dorongan untuk menghasilkan energi berkelanjutan akan mendapatkan momentum yang cukup besar di tahun-tahun mendatang. Indonesia bertekad untuk beralih ke sumber energi terbarukan yang banyak tersedia di alam.
Yang semula mengandalkan pembangkit listrik tenaga gas dan batu bara yang dapat mencemari lingkungan digantikan energi terbarukan yang berasal dari matahari, dan angin. Panel surya dan turbin angin akan memainkan peran besar dalam transisi energi untuk Indonesia.
Energi untuk Indonesia, Energi Surya

Matahari merupakan sumber energi yang luar biasa dan boleh dikatakan tanpa batas. Bukti dari hasil penelitian, energi panas matahari yang mencapai bumi dalam setahun saja berjumlah 9.000 kali lipat dari energi yang dikonsumsi di seluruh dunia. Begitu besarnya potensi energi surya yang ada, Indonesia sebagai negara katulistiwa yang hampir sepanjang tahun menerima paparan panas matahari tentu tak boleh ketinggalan untuk memanfaatkannya.
Listrik dari sinar matahari didapatkan melalui proses yang dinamakan energy conversion yaitu perubahan bentuk energi melalui perantara. Panel solar atau sel photovoltaic kemudian menangkap energi panas dari sinar matahari yang kemudian akan dikonversikan menjadi arus direct current (DC) atau arus searah. Proses selanjutnya adalah mengubahnya menjadi arus alternative current (AC) atau arus bolak-balik yang bisa digunakan untuk kebutuhan listrik rumah tangga.
Energi surya saat ini merupakan alternatif termurah dan terbersih dibanding bahan bakar fosil dalam jangka panjang. Cara yang lazim untuk memanfaatkan energi panas matahari adalah dengan panel surya seperti telah disebutkan sebelumnya. Dengan memasang panel surya di atap rumah, masyarakat dapat mengubah energi tersebut menjadi listrik untuk keperluan rumah tangga.
Sejak diperkenalkannya energi surya pertama kali pada tahun 1970-an, biaya pengadaan alat yang dibutuhkan pun telah mengalami penurunan dari sekitar Rp.1,3 juta menjadi kurang dari Rp.17 ribu per watt kapasitas terpasang. Hal tersebut sebagian disebabkan oleh skala ekonomi yang dicapai dalam industri, serta inovasi dalam teknologi dan produksi. Hasilnya adalah konsumsi energi dan bahan per panel surya menurun, sementara hasil per panel surya meningkat.
Berkenaan dengan emisi gas rumah kaca, produksi panel surya juga menghasilkan keuntungan bersih. Meskipun terdapat peningkatan yang signifikan dalam jumlah panel surya, emisi gas rumah kaca selama produksi mampu diimbangi oleh listrik bersih yang dihasilkan panel-panel tersebut. Total 300 gigawatt kapasitas fotovoltaik yang terpasang sekarang tersedia di seluruh dunia. Ini berarti luas sekitar 1.800 kilometer persegi (250.000 lapangan sepak bola) panel surya. Panel-panel tersebut diharapkan mampu menghasilkan lebih dari 370 terawatt-jam listrik atau kira-kira 1,5% dari total pasokan listrik global. Angka tadi mungkin tidak terlihat banyak, tetapi sudah mewakili pengurangan sekitar 170 megaton gas rumah kaca.
Manfaat bersih antara keuntungan lingkungan dan biaya lingkungan juga akan terus meningkat karena produksi dan teknologi panel surya masih terus berkembang. Misalnya, wafer silikon, yang merupakan bahan dasar yang digunakan untuk panel surya, menjadi semakin tipis, dan teknologi proses pemotongan yang makin canggih berdampak pada semakin sedikitnya kehilangan material. Penggunaan perak untuk mengaplikasikan kontak listrik ke wafer juga menurun tajam. Penelitian ilmiah juga terus memberikan kemungkinan baru untuk konversi panas matahari menjadi listrik yang lebih efisien, sehingga setiap bagian cahaya matahari dapat dimanfaatkan dengan lebih baik.
Dalam beberapa tahun terakhir ini pemerintah Indonesia pun mulai tertarik dengan penggunaan tenaga surya dalam skala luas untuk mencukupi kebutuhan listrik berbahan bakar selain BBM sekaligus program pemerataan listrik di seluruh wilayah Indonesia. Sejak dari 2010 lalu sudah dimulai pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) serta pengadaan solar home system untuk masyarakat di daerah terpencil terutama wilayah Timur Indonesia.
Energi untuk Indonesia, Energi Angin

Angin adalah sumber energi bebas fosil lainnya yang dapat digunakan untuk pembangkit listrik. Biayanya jauh lebih rendah daripada biaya panel surya. Output yang dihasilkan oleh turbin angin berkisar antara 0,5kW hingga 6.000 kW. Secara alami, energi yang dihasilkan bergantung pada kecepatan angin. Biayanya bervariasi antara Rp.17 ribu hingga Rp.51 ribu per kW.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan saat memasang turbin angin adalah harga pengadaan alat dan kebisingan yang dihasilkan saat beroperasi. Energi angin saat ini merupakan pilihan yang menarik untuk menghasilkan energi berkelanjutan di banyak negara termasuk Indonesia. Indonesia sebagai negara tropis banyak menghasilkan angin sepanjang tahun terutama di sepanjang pantai yang membentang. Indonesia adalah negara kepulauan yang mempunyai garis pantai paling panjang kedua di dunia kurang-lebih 108.000 km. Kelebihan tersebut pastinya bila digunakan secara maksimal akan bisa menghasilkan potensi luar biasa, contohnya saja untuk membangun pembangkit listrik tenaga bayu (angin).
Jika memungkinkan, turbin angin berkapasitas besar bisa dibangun di sepanjang pantai atau di daerah berpenduduk sedikit. Di dekat pantai, angin dengan kecepatan 10 m/detik sudah cukup untuk menggerakan baling-baling. Sementara turbin angin berkapasitas kecil dapat digunakan di kota kecil dan kota besar dalam skala terbatas. Di daerah perkotaan, opsi logisnya adalah memasang turbin di atas gedung tinggi. Secara umum kriteria penting untuk pemanfaatan tenaga angin adalah jumlah angin yang tersedia dan juga turbulensi angin yang dihasilkan.
Pengaplikasian teknologi energi angin berskala kecil bisa digunakan di daerah pedesaan maupun wilayah terpencil yang belum mempunyai jaringan listrik. Kincir angin sederhana telah dimanfaatkan secara luas khususnya untuk pemompaan tambak garam di wilayah pesisir. Penggunaan kincir angin atau turbin angin sudah terbukti lebih menguntungkan bila dibanding penggunaan mesin diesel atau panel surya. Pemanfaatan energi angin berskala kecil di pedesaan bisa dilakukan secara mandiri atau dikombinasikan dengan sumber energi lain.
Untuk kebutuhan penerangan rumah tangga misalnya bisa diterapkan sistem energi angin hingga kapasitas 1000 W, sementara untuk kelompok dapat mengaplikasikan sistem energi angin hingga 10 kW. Bila membutuhkan yang lebih besar untuk keperluan pengairan pertanian misalnya bisa dipilih sistem energi angin hingga 40 kW. Tak seperti sistem energi diesel dimana harga bahan bakarnya murah, biaya awal untuk pengadaan sistem energi angin berskala kecil cukup mahal serta ditentukan oleh kecepatan angin di wilayah tersebut.
Pengembangan sumber daya baru ini salah satunya adalah menciptakan prototipe (prototype) sistem energi angin yang disesuaikan kondisi angin yang ada lewat menyempurnakan model aerodinamik sekaligus sistem kelistrikan yang lebih efisien. Seperti telah disebutkan sebelumnya, pemanfaatan energi angin selain sebagai pembangkit listrik murah juga diterapkan untuk mempermudah sistem pemompaan air bersih untuk Kebutuhan sehari-hari dan juga untuk irigasi. Fakta yang ada, masih banyak daerah di Indonesia yang kesulitan memperoleh air bersih atau pertanian yang tak didukung irigasi yang memadai.
Kesimpulan
Dalam menyingkapi energi untuk indonesia kita perlu memanfaatkan sumber daya yang ada pada Indonesia tentu dengan dibantu oleh teknologi yang sudah memadai & mampu untuk menopang dari sumber daya yang akan kita olah serta manfaatkan untuk membantu dalam keseharian kita.